Minggu, 17 Juli 2011

Kapan Saat Yang Tepat Untuk Berhutang?


Tulisan ini saya buat karena banyak temen pebisnis pemula yang mengalami persoalan rumit akibat hutang yang belum semestinya. Mungkin saking bersemangatnya memulai bisnis, sampai aspek kehati-hatian diabaikan. Siapa sich yang tidak kepingin cepat sukses, pingin cepat tumbuh besar bisnisnya?

Tapi perlu diingat, semuanya butuh proses, butuh kesabaran untuk belajar setahap demi setahap. Ibaratnya, buah yang masak secara alami tentu beda rasa & ketahanannya dibandingkan dengan buah yang masak karena “dipaksa” (dikarbit). Kalau boleh saya mengatakan hutang itu seperti karbit. Buah kalau dikarbit memang cepet masak, tapi rasanya kurang manis dan cepat rusak (membusuk).

Bisnis juga begitu, kebanyaken dikarbit ya… biasanya kelihatan cepet berkembang pesat, tapi cepet pula nyungsrep (jatuh). Kok bisa? Ya jelas bisa, yang kelihatan mentereng kan cuma bangunannya, tapi fondasinya? Biasanya fondasinya rapuh, akibatnya kena angin lesus dikit aja sudah roboh, apalagi kena angin puting beliung, waahhh…silahkan dibayangkan sendiri…he..he..he…

Bagi pebisnis pemula yang sama sekali belum berpengalaman, kalau mengawali belajar bisnis dengan modal hutang apalagi dengan cara mengagunkan barang yang sangat berharga (sertifikat) rumah, bisa diibaratkan kita baru belajar mengendarai mobil tapi pake mobil pinjaman yang mewah (BMW atau Mercy). Kebayang nggak resikonya? Lecet sedikit saja pasti sangat mahal untuk ongkos perbaikannya. Belum kalau resiko yang fatal misalnya nubruk tembok, atau “mencium” mobil tetangga . Akan beda ceritanya kalau yang kita pinjam adalah mobil Carry, jauh lebih ringan beban kita.

Yang namanya bisnis, tidak berlaku hukum kepastian, yang ada hanya dua kemungkinan yakni UNTUNG atau RUGI. Semakin kita belum berpengalaman, maka resiko kerugian akan lebih besar. Jadi lebih baik, mulailah dari bisnis yang kecil-kecil dulu, kalau sudah bisa mengelola dengan baik dan profit (untung), silahkan meminjam dana dari pihak lain (bank). Itupun dimulai dari yang kecil dulu misalnya 10 jutaan, meningkat 30 juta, 50 jt, ratusan juta, dan seterusnya.

Kenapa? Karena mengelola hutang juga butuh ketrampilan, menyeimbangkan antara jumlah keuntungan dengan jumlah angsuran yang harus dibayarkan setiap bulan. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang bendera, he..he..he.. Keuntungan bisnis merupakan sebuah variebel, artinya seringkali berubah, kadang untung kecil, kadang besar, bahkan di tengah-tengah perjalanan bisa saja secara tiba-tiba merugi.

Kerugian bisa karena faktor internal (misal salah mangemen), atau faktor eksternal (misal munculnya pesaing baru, bencana alam, atau krisis global, dll). Sementara besar angsuran adalah sebuah konstanta (angka tetap). Jadi kita mesti pandai-pandai mengelola hutang, biar tidak sampai menggangu perputaran bisnis.

Jangan Malu Memulai Dari Bawah

Banyak orang yang malu memulai bisnis dari bawah, takut dikatakan gak bonafid, atau gengsi. Maunya bisnis langsung gedhe, untung banyak, dan cepet melejit kayak meteor, he..he..he.. Padahal banyak tokoh bisnis bahkan konglomerat dulunya ketika memulai bisnis juga dari hal-hal yang sangat sederhana dan bermodal kecil.

Sebagai contoh, Bob Sadino mengawali bisnis hanya bermodal ratusan ribu rupiah dengan berjualan telur ayam. Tapi dengan ketekunan dan keuletannya secara perlahan tumbuh jadi besar .Alim Markus pemilik Maspion Group dulu awalnya juga hanya home industri. Kalau beliau-beliau saja tidak malu memulai dari yang kecil, mengapa kita mesti malu? Mestinya kita lebih malu kalau kita nggak ngapa-ngapain, jadi pengamat doang, takut memulai bisnis dengan alasan tidak punya modal.

Apa Nggak Boleh Memulai Bisnis Dengan Cara Berhutang?

Siapa bilang gak boleh? Silahkan tapi cari hutang yang paling aman dulu dan gak perlu terlalu besar. Misal mau jualan butuh modal 10 juta, ya…paling tidak jangan ngutang semua lah. Kita kumpulin dulu dari penghasilan kita dari gaji karyawan sampai 5jt, sementara kekurangan yang 5 jt bolehlah pinjam orang tua, mertua, saudara atau temen. Jangan takut apalagi sungkan, mereka semua adalah asset Anda, he..he..he..

Andaikata kita harus merugi (namanya saja baru belajar bisnis), ya gak papa… Anggap saja itu sekolah dengan investasi 10 jt, lumayan kan sudah dapat ilmunya. Masak sich rugi 10 juta (ngembalikan hutang 5 jt) bikin kita frustasi, mau gantung diri.. amit2 ya nggaklah, paling cuma stres sebentar.

Nanti kalau sudah hilang sedihnya…, ya sekolah lagi, memulai bisnis baru lagi. Modal dari mana? Gak perlu pusing, masih ada BPKB motor, kan bisa disekolahin (biar pinter), lumayan bisa dapat pinjaman modal 10jt. Kalau sebelumnya sudah berani ngutang 5 jt, sekarang bolehkan ditingkatkan pinjam 10 jt. Siapa tahu bisnis yang kedua ini sukses? Kalau ternyata rugi lagi gimana? Tenang saja, masih ada Paman, Pak Dhe, kan kemarin-kemarin belum kita mintai bantuan. Siapa tahu beliau sedang banyak rejeki, dan menunggu Anda untuk datang meminjamnya he..he..he…

Sampai akhirnya, kalau kita sudah terbiasa mengelola hutang dengan baik, bisnis tumbuh sehat, barulah meminjam dana yang lebih besar ke bank, tentunya dengan nilai agunan yang besar pula (mis rumah atau tanah). Kitapun sudah terlatih secara mental dalam mengelola resiko, mulai stress kecil-kecilan (nggak doyan makan 3 hari), sampai gak doyan makan 1 minggu, he..he..he..

Jadi menurut hemat saya, silahkan belajar berbisnis, silahkan berhutang, asal tetap terkendali. Jangan sampai Anda mengalami seperti nasib temen-temen (termasuk saya) yang belum-belum sudah mengalami problem hutang yang sangat pelik. Emang seberapa parah sich kasus hutang saya? Malu ahhh…, saya nggak mau cerita disini ya… tunggu di buku saya nanti “THE POWER OF BANGKRUT” akan saya beber semuanya secara blak-blakan, gak ada yang ditutupi. Sabar ya…. Terima kasih.


Catatan
: Tulisan ini dikutip dari http://www.LimMasterSeo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar