Senin, 09 Mei 2011

Belajar Dari Kegagalan

Ketika kita belajar naik motor seringkali jatuh bukan? Jatuh tentunya disertai cedera, kadang cedera kecil, lecet-lecet, atau sebagian orang mungkin mengalami cedera yang serius, bahkan ada yang sampai hampir merenggut nyawa. Kalau hanya cedera kecil, ringan, saya yakin tidak akan membuat ciut nyali Anda untuk belajar naik motor lagi. Tapi tidak menutup kemungkinan, hanya karena lecet saja ada orang yang takut belajar motor sampai tua.

Saya memiliki beberapa teman laki-laki yang tidak bisa naik motor sampai dewasa. Kemudian sayapun menanyakan, apa gerangan penyebabnya. Kan aneh, hari gini, laki-laki kok gak bisa naik motor? Jawabannya juga macem-macem, ada yang beralasan tidak sempat belajar motor karena orang tuanya memang tidak memiliki motor.

Tapi banyak juga temen saya gak punya motor tapi pinter naik motor. Dari mana dia bisa belajar, ya pinjam motor tetangga, atau temannya. Ini baru namanya orang kreatif.

Teman yang lain yang tidak bisa naik motor sampai tua beralasan karena pernah terjatuh, memar, dan takut belajar lagi. Padahal cuma memar, gak sampai dibawa ke UGD (Unit Gawat Darurat), itu sudah cukup membuatnya trauma untuk belajar naik motor lagi. Tapi keponakan temen saya, sudah jatuh berkali-kali bahkan hamper mati, tapi tetap nekad dan tidak kapok belajar lagi.

Jadi menurut saya semua tergantung orangnya, tergantung bagaimana menyikapi sebuah kegagalan. Ada yang memandang kegagalan sebagai batu sandungan kecil yang menyertai sebuah perjalanan panjang. Coba Anda bayangkan ketika mengendarai motor di jalan yang lapang dan mulus, tak ada lubang atau kerikil sama sekali. Satu sisi memang perjalanan Anda menjadi sangat cepat dan lancar. Tapi di sisi yang lain, Anda akan cepat mengantuk, sudah barang tentu sangat membahayakan perjalanan Anda.

Yang lebih tragis, ada juga yang melihat pengalaman buruk (kegagalan) sebagai sebuah kuburan menganga yang siap menelannya selama-lamanya. Sekali gagal, sudah cukup membuatnya stress, depresi, bahkan bisa sampai bunuh diri lho... (moga kita gak sampai seperti ini ya...).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar